Wasiat Rasulullah kepada Saidina Ali
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Rasulullah saw
berwasiat kepadaku dengan sabda Baginda"
"Ya Ali! Tidak ada kefakiran yang lebih hebat
daripada kebodohan. Tidak ada harta yang lebih berharga daripada aqal. Tidak ada
kesepian yang lebih sunyi daripada ujub (rasa kagum pada diri sendiri). Tidak
ada kekuatan yang lebih hebat daripada musyawarah. Tidak ada wara' yang lebih
baik daripada menahan diri. Tidak ada keindahan selain akhlak dan tidak ada
ibadah yang melebihi tafakur."
"Ya Ali! Segala sesuatu itu ada penyakitnya.
Penyakit berkata-kata adalah bohong. Penyakit ilmu adalah lupa. Penyakit ibadah
adalah riak. Penyakit akhlak adalah memuji diri sendiri. Penyakit pemurah adalah
menyebut-nyebut pemberian. Penyakit bangsawan adalah merasa bangga. Penyakit
malu adalah lemah. Penyakit mulia adalah menonjolkan diri. Penyakit kaya adalah
kikir dan berlebih-lebihan, dan penyakit agama adalah hawa nafsu."
"Ya Ali! Perbanyakkanlah membaca Surah Yassin,
kerana dalam membacanya itu terdapat sepuluh macam keberkatan. Tidak ada orang
yang membacanya waktu lapar atau puasa melainkan kenyang. Haus kecuali hilang
hausnya. Tidak memiliki pakaian melainkan ia akan memperolehi pakaian. Merasa
takut kecuali datang rasa aman. Di penjarakan melainkan ia akan keluar dari
penjara. Bujang melainkan ia akan berkahwin. Sewaktu musafir matanya menjadi
terang dalam perjalanan. Tidak membacanya orang yang kehilangan sesuatu benda
melainkan mendapatkannya kembali. Tidak dibacakan ia ke atas orang yang akan
hampir ajalnya melainkan diringankan baginya. Barangsiapa yang membacanya di
waktu subuh nescaya ia akan aman sehingga petang, dan barangsiapa yang
membacanya di waktu petang nescaya ia akan berada di dalam keadaan aman
sehinggalah waktu pagi."
"Ya Ali! Bacalah Surah Hammim Ad-Dukhaan pada
malam Jumaat, nescaya Tuhan memberikan keampunan kepadamu."
"Ya Ali! Bacalah Surah Hasyar nescaya engkau
berkumpul pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala sesuatu."
"Ya Ali! Bacalah Surah Tabaraka dan As-Sajadah
nescaya berkat keduanya engkau diselamatkan Tuhan daripada bahaya hari
kiamat."
"Ya Ali! Bacalah Qulhuwallahu Ahad dalam keadaan
engkau berwudhuk, nescaya engkau akan di seru pada hari kiamat; Hai pemuji
Tuhan! Bangkitlah, maka kemudian masuklah ke dalam syurga!"
"Ya Ali! Bacalah Surah Al-Baqarah, kerana
sesungguhnya dalam membacanya itu ada membawa keberkatan, dan tidak mahu
membacanya membawa penyesalan.
"Ya Ali! Janganlah engkau bersetubuh dengan
isterimu pada malam bulan sabit baru muncul, dan jangan pula pada pertengahan
bulan, kerana di khuatirkan anakmu akan cacat."
Aku (Ali) bertanya: Kenapa demikian ya
Rasulullah? Jawap Baginda: "Kerana Jin banyak mendatangi wanita-wanita pada
malam tengah bulan dan pada malam Hilal (bulan sabit). Apakah engkau tidak
perhatikan bahawa orang-orang gila itu boleh muncul penyakitnya kembali pada
malam tengah bulan dan malam Hilal itu?
"Ya Ali! Jauhilah sengketa, kerana ia akan
menghapuskan amalan-amalan engkau."
"Ya Ali! Segeralah bersedekah, kerana bala
bencana itu tidak dapat melangkah mendahului sedekah."
"Ya Ali! Jauhilah kemarahan, kerana syaitan
menguasai anak cucu Adam dalam keadaan ia marah."
"Ya Ali! Jauhilah olok-olok, kerana hal itu akan
menghilangkan kehebatan anak cucu Adam dan kesungguhannya."
" Ya Ali! Jauhilah riba, kerana padanya terdapat
enam perkara, tiga di dunia dan tiga di akhirat.
Adapun tiga di dunia;
1. Ia akan cepat memusnahkan harta.
2. Ia akan melenyapkan kekayaan
3. Ia akan menghapuskan rezeki.
Adapun yang tiga di akhirat ;
1. Ia akan membawa buruk perhitungan (hisab).
2. Ia akan membawa kemurkaan Allah swt.
3. Kekal di dalam neraka."
"Ya Ali! Cintailah fakir miskin, nescaya Allah
akan cinta pula kepadamu."
"Ya Ali! Janganlah engkau bentak fakir miskin,
nescaya engkau akan di bentak pula oleh Malaikat pada hari kiamat."
"Ya Ali! Janganlah engkau abaikan sedekah, kerana
ia akan menolak kejahatan dari dirimu."
"Ya Ali! Keluarkan infak hartamu dan berikan
kelapangan kepada keluargamu, dan janganlah khuatir terhadap Tuhan yang memiliki
Arasy bahawa Ia akan menyediakan kurnia-Nya terhadapmu."
"Ya Ali! Janganlah berdusta, kerana dusta itu
menghitamkan muka. Bila seseorang sentiasa berdusta, dia akan dinamakan disisi
Tuhan "si pendusta", dan bila dia benar maka akan dinamakan disisi Tuhan sebagai
orang yang "benar" (siddiq). Sesungguhnya berdusta itu akan menjauhkan Iman.
"Ya Ali! Kuasailah lisanmu dan biasakanlah bicara
yang baik, kerana tidak ada yang lebih berbahaya bagi manusia pada hari kiamat
melebihi ketajaman lisannya."
"Ya Ali! Jauhilah sifat dengki, kerana dengki itu
memakan segala kebajikan sebagaimana api memakan kayu bakar".
(Hadis Riwayat At-Tirmidzi dan An-Nasa'i)
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Syafaat Rasulullah S.A.W
“Dari Abu Hurairah r.a beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi was sallam bersabda, “Setiap Nabi alaihis salam memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai syafa’at bagi ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)Syafaat berasal dari kata asy-syafa’ (ganda) yang merupakan lawan kata dari Al-witru (tunggal), yaitu menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi dua, tiga menjadi empat, dan sebagainya. Ini pengertian secara bahasa.
Sedangkan secara istilah, syafaat berarti menjadi penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya atau menolak mudharat, yakni pemberi syafaat itu memberikan manfaat kepada orang itu atau menolak mudharatnya.
Syafaat terdiri dari dua macam :
Pertama , Syafaat yang didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu yang ditegaskan Allah Swt dalam Kitab-Nya , atau dijelaskan Rasulullah. Syafaat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas; karena Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan,’Laa ilaaha illallah’ dengan ikhlas dalam hatinya.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhori, kitab Al-Ilm, bab “Al-Hirsh ‘ala Al-Hadits.”
Syafaat mempunyai tiga syarat:
- Allah meridhai orang yang memberi syafaat.
- Allah meridhai orang yang diberi syafaat.
- Allah mengizinkan pemberi syafaat untuk memberi syafaat.
Kemudian firman Allah Ta’ala , :
“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (Al- Baqarah:255)Lalu firman Allah Ta’ala , :
“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.”(Thahaa: 109)Kemudian firman Allah Ta’ala , :
“Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada- Nya.” (Al-Anbiya: 28)Agar syafaat seseorang diterima, maka harus memenuhi ketiga syarat di atas. Menurut penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam:
1. Syafaat umum. Makna umum, Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk diberi syafaat. Syaaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad saw, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan orangorang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka.
2. Syafaat khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad saw dan merupakan syafaat terbesar yang terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orangorang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya : “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Israa’:79)
Di antara syafaat khusus yang diberikan kepada Rasulullah Saw ada l ah syafaatnya kepada penghuni syurga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara surga dan neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hingga akhirnya mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi saw.
Kedua, Syafaat batil yang tidak berguna bagi pemiliknya, yaitu anggapan orang-orang musyrik bahwa tuhan-tuhan mereka dapat memintakan syafaat kepada Allah.
Syafaat semacam ini tidak bermanfaat bagi mereka seperti yang difirmankan-Nya, “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (Al-Mudatstsir : 48)
Demikian itu karena Allah tidak rela kepada kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu dan tidak mungkin Allah memberi izin kepada para pemberi syafaat itu, untuk memberikan syafaat kepada mereka; karena tidak ada syafaat kecuali bagi orang yang diridhai Allah. Allah tidak meridhai hamba-hamba-Nya yang kafir dan Allah tidak senang kepada kerusakan.
Ketergantungan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan mereka dengan menyembahnya dan mengatakan, “Mereka adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”, (Yunus: 18), adalah ketergantungan batil yang tidak bermanfaat. Bahkan demikian itu tidak menambah mereka kecuali semakin jauh, karena orang-orang musyrik itu meminta syafaat kepada berhala-berhala itu dengan cara yang batil, yaitu menyembahnya. Itulah kebodohan mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah, tetapi sebenarnya tidak lain hanya menjadikan mereka semakin jauh.
Sumber : Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji
No comments:
Post a Comment